Silent Killer Sendi: Hubungan Stres, Dehidrasi, dan Penyebab Asam Urat Mendadak
Asam urat seringkali menyerang secara tiba-tiba dan intens, menjadikannya julukan yang pantas sebagai Silent Killer Sendi. Meskipun pemicu klasik seperti konsumsi purin tinggi sudah umum diketahui, banyak orang mengabaikan faktor gaya hidup yang secara tidak langsung dapat memicu serangan mendadak, terutama pada individu yang sudah memiliki kadar asam urat tinggi (hiperurisemia) tanpa gejala. Dua pemicu gaya hidup paling kuat yang sering terlupakan adalah stres kronis dan dehidrasi. Memahami bagaimana kedua faktor ini memengaruhi metabolisme tubuh adalah kunci untuk mencegah serangan Silent Killer Sendi yang menyakitkan ini.
Stres kronis memiliki peran signifikan dalam memicu serangan asam urat mendadak. Ketika tubuh berada di bawah tekanan stres yang berkepanjangan, ia melepaskan hormon kortisol. Meskipun kortisol memiliki fungsi anti-inflamasi, stres juga mengganggu keseimbangan asam-basa dalam darah dan dapat memicu peningkatan produksi purin endogen (purin yang dihasilkan oleh tubuh sendiri). Selain itu, stres kronis seringkali diiringi dengan gaya hidup yang buruk, seperti kurang tidur dan mengonsumsi makanan yang tidak sehat (comfort food), yang secara kolektif meningkatkan kadar asam urat. Perhimpunan Reumatologi Indonesia (Peri) merekomendasikan penderita asam urat untuk melakukan teknik relaksasi minimal 15 menit setiap hari Rabu untuk mengelola kadar stres.
Faktor kedua, dehidrasi, adalah mekanisme yang lebih langsung dalam memicu serangan Silent Killer Sendi. Ginjal bertanggung jawab untuk menyaring dan mengeluarkan asam urat melalui urine. Ketika tubuh kekurangan cairan (dehidrasi), volume darah berkurang, dan ginjal berusaha menghemat air. Akibatnya, kemampuan ginjal untuk melarutkan dan mengeluarkan asam urat menurun drastis. Konsentrasi asam urat dalam darah pun meningkat tajam, mempercepat pembentukan kristal tajam (monosodium urate) di persendian, terutama di jempol kaki. Menurut data Klinik Nefrologi dan Hipertensi per 1 Oktober 2025, pasien yang dirawat karena serangan asam urat akut tercatat 40% dari mereka mengalami dehidrasi ringan hingga sedang sebelum serangan terjadi.
Pencegahan serangan asam urat mendadak harus mencakup manajemen hidrasi yang ketat. Dokter menyarankan pasien dengan riwayat hiperurisemia untuk menjaga asupan air putih minimal 8 gelas (sekitar 2 liter) per hari, terutama setelah berolahraga intens atau dalam cuaca panas. Kepala Posko Kesehatan di institusi pendidikan menyarankan agar seluruh staf dan siswa memiliki botol minum berukuran 600 ml dan mengisinya ulang minimal 3 kali per jam kerja atau belajar. Dengan menjaga keseimbangan cairan dan mengelola tekanan psikologis, risiko serangan asam urat dapat diminimalisir secara signifikan.
